Pengertian

Jamur tiram merupakan salah satu jamur kayu. Biasanya orang menyebutnya sebagai jamur kayu karena jamur ini banyak tumbuh pada media kayu yang sudah lapuk (Cahyana et al, 1999).
Sistematika jamur ini adalah :
  • Divisio : Amastigomycota
  • Sub divisio : Basidiomycotina
  • Klasis : Basidiomycetes
  • Ordo : Agaricales
  • Familia : Agaricaceae
  • Genus : Pleurotus
  • Spesies : Pleurotus floridae (Jacq. ex Fr.) Kummer
(Djarijah, 2001).

Jamur tiram dalam bahasa Yunani disebut Pleurotus, artinya "bentuk samping atau posisi menyamping antara tangkai dengan tudung", sedangkan sebutan nama "tiram", karena bentuk atau tubuh buahnya menyerupai kulit tiram (cangkang kerang). Di belahan Amerika dan Eropa, jamur ini lebih popular dengan sebutan Oyster mushroom, mempunyai tangkai tudung tidak tepat di tengah seperti jamur lainnya (Soenanto, 2000).

Jamur tiram (Indonesia) mempunyai banyak nama antara lain di Jepang dikenal dengan nama shimeji atau hiratake, di Eropa dengan nama abalone mushroom, Amerika dikenal oyster mushroom dan di daerah Jawa Barat lebih dikenal dengan supa liat karena kalau sudah agak tua akan liat atau alot kalau dimakan (Suriawiria, 2000).

Morfologi jamur tiram : tudung mempunyai diameter 4-15 cm atau lebih, bentuk seperti tiram, cembung kemudian menjadi rata atau kadang-kadang berbentuk corong; permukaan licin, agak berminyak ketika lembab tetapi tidak lengket; tepi menggulung kedalam, pada jamur muda seringkali bergelombang. Daging tebal, berwarna putih, kokoh, tetapi lunak pada bagian yang berdekatan dengan tangkai, bau dan rasa tidak merangsang (Gunawan, 2004).

Hasil penelitian dan riset Badan Kesehatan Dunia (WHO), jamur jenis ini memenuhi standar gizi sebagai makanan yang layak untuk dikonsumsi, enak dimakan, tidak beracun, dan memiliki kandungan gizi yang tinggi. Jamur ini sebagaimana jamur edible lainnya memiliki berbagai manfaat, diantaranya sebagai bahan sayuran, bahan olahan dan berkhasiat sebagai obat yang dapat mencegah anemia, memperbaiki gangguan pencernaan dan membantu mengatasi masalah kekurangan gizi (Soenanto, 2000).

Budidaya

Jamur tiram termasuk tanaman heterotropik yang hidupnya tergantung pada lingkungan tempat ia hidup. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan jamur adalah air, keasaman (pH), substrat, kelembaban, suhu udara, dan ketersediaan sumber nutrisi (Djarijah, 2001).

Jamur (Fungi) adalah sekelompok besar jasad hidup yang termasuk kedalam dunia tumbuh-tumbuhan yang tidak berklorofil (Suriawiria, 1986). Karena itu menurut Nurman dan Kahar (1992), jamur tidak dapat mengadakan fotosintesis dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya jamur senantiasa hidup saprofit (bersifat heterotrof saprofitis) artinya hidup dari jasad mahkluk lain yang sudah mati. Pertumbuhan jamur secara umum dan khususnya pertumbuhan jamur ini putih dibagi menjadi dua fase, yaitu fase vegetatif dan fase generatif. (Djarijah, 2001., Dwijoseputro, 1978).

Fase vegetatif ditandai dengan pertumbuhan dan penyebaran miselia didalam media. Miselia akan mengeluarkan enzim yang dapat menguraikan senyawa kompleks seperti lignin menjadi senyawa yang lebih sederhana yang diperlukan untuk pertumbuhan hifa, konidia dan odia, sedangkan fase generatif berlangsung dari miselium primer dan ditandai dengan terjadinya plasmogami dan bergabungnya dua hifa yang sesuai membentuk miselium sekunder yang berinti dua. Miselium sekunder berkembang menjadi miselium tersier yang kemudian terhimpun menjadi satu jaringan yang teratur dan kompak yang disebut basidiocarp (badan buah jamur) (Dwijoseputro, 1978).

Syarat Tumbuh

Syarat pertumbuhan, secara alami, jamur tiram ditemukan di hutan dibawah pohon berdaun lebar atau dibawah tanaman berkayu. Jamur jenis ini tidak memerlukan cahaya matahari yang banyak dan remang-remang, di tempat terlindung miselium jamur akan tumbuh lebih cepat daripada di tempat yang terang dengan cahaya matahari berlimpah, kelembaban ruangan optimal 90-96% yang harus dipertahankan dengan menyemprotkan air secara teratur, suhu udara untuk pertumbuhan miselia adalah 23-28 oC dan untuk pertumbuhan tubuh buah adalah 3-15 oC. kondisi di atas lebih mudah di capai di daerah dataran tinggi sekitar 700-800 m dpl. Kemungkinan budidaya jamur di dataran rendah tidaklah mustahil asalkan iklim ruang penyimpanan dapat diatur dan disesuaikan dengan keperluan jamur (Setiawati, 2004).

Air dibutuhkan untuk kelancaran transportasi atau aliran partikel kimia antar sel yang menjamin pertumbuhan dan perkembangan miselium membentuk tubuh buah sekaligus menghasilkan spora. Pada umumnya, pertumbuhan spora dan miselium jamur membutuhkan

Manfaat Jamur Tiram

Menurut Djarijah (2001), jamur tiram memiliki sifat menetralkan racun dan zat-zat radio aktif dalam tanah, sedangkan khasiat jamur ini untuk kesehatan adalah menghentikan pendarahan dan mempercepat pengeringan luka pada permukaan tubuh, mencegah penyakit kencing manis (diabetes melitus), penyempitan pembuluh darah, menurunkan kolesterol darah, menambah vitalitas dan daya tahan tubuh, serta mencegah penyakit tumor atau kanker, kelenjar gondok, influenza, sekaligus memperlancar buang air besar. Jamur jenis ini diantaranya mengandung retene, yaitu substrat yang dapat menghambat pertumbuhan tumor (Buswell dan Chang, 1993).

Menurut Bano dan Rajaratnam (1989), ekstrak jamur tiram putih mempunyai kemampuan membentuk interferon yang berfungsi sebagai antivirus atau mekanisme pertahanan terhadap virus dan penyakit serta memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh.

Sebagai bahan sayuran jamur ini dikenal oleh masyarakat khususnya kalangan ekonomi menengah ke atas, karena harganya yang relatif mahal daripada jenis sayuran lainnya. Selain itu ketersediaan di pasar juga masih terbatas, konsumennya biasanya berasal dari kalangan hotel dan restoran. (Soenanto, 2000). Sebagai bahan olahan jamur ini dikenal sebagai makanan non kolesterol, yang sangat cocok bagi orang yang pantang makan daging atau sedang melakukan diet (Soenanto, 2000).

Kandungan Gizi

Menurut Genders (1986), 
  • Jamur mengandung garam mineral lebih tinggi daripada yang dikandung dalam daging sapi atau daging domba. Jumlah garam mineral yang dikandung oleh jamur ini bahkan hampir dua kali jumlah garam mineral dalam sayuran lain.
  • Jumlah protein yang dikandung oleh jamur bahkan dua kali lipat protein yang terdapat dalam asparagus, kol, kentang, empat kali lipat dari tomat dan wortel, dan enam kali lipat dari jeruk.
  • Juga mengandung garam-garam besi, tembaga, kalsium dan kapur.
  • Kaya akan vitamin B dan vitamin D, substitusi dari sinar matahari.
  • Jamur ini memiliki sejumlah enzim, terutama tripsin yang sangat dibutuhkan dalam proses pencernaan. Tripsin ini sama dengan tripsin yang dihasilkan oleh kelenjar perut.

Menurut Cahyana et al (1999), zat-zat yang terkandung dalam jamur tiram adalah
  • thiamin (vitamin B1),
  • riboflavin (vitamin B2),
  • niasin,
  • biotin
  • vitamin C
Kandungan mineral jamur tiram tersusun oleh P, Ca, Na, Mg, Cu, dan Fe. Kandungan serat didalam jamur berkisar mulai 7,4%-27,6% tergantung pada jenisnya.

Menurut Soenanto (2000), kandungan gizi jamur tiram dapat dilihat pada tabel berikut :

 
Tabel Kandungan Gizi Jamur Tiram

Post a Comment

Previous Post Next Post